Subscribe Us

header ads

Musik Apa yang Haram?Viral Curcol Supir Angkot Keluhkan Kesulitan Hidup di Tengah Pandemi


Maulana Jalaluddin Rumi berkata, “Musik apa yang haram?”

Beliau bertanya kepada murid-muridnya yang akan menarikan tarian whirling yang selalu dibawakan oleh para Darwis. Sebagian para Darwis itu menabuh tambur, memetik-metik alat musik semacam gitar yang disusul tiupan seruling.

Beliau bertanya seperti pertanyaan Allah SWT Yang Maha Tahu di Al-Quran di surat Ar-Rahman yang termashur itu; “Nikmat manakah yang telah kamu dustakan?”

Maulana Rumi pun menjawab sendiri, “Musik yang haram itu adalah beradunya sendok dan garpu orang kaya di meja makan yang terdengar oleh tetangganya yang miskin”. 

Rasulullah mengabarkan kepada kita ancaman terhadap orang yang enggan dan lalai dalam berbuat baik terhadap tetangga. Beliau bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم ما امن بي من با ت شبعان وجاره جائع الى جنبه وهو يعلم

Rasulullah bersabda: Tidaklah beriman kepada-Ku orang yang tidur dalam keadaan kenyang. Sedang tetangganya kelaparan sampai ke lambungnya. Padahal ia (orang yang kenyang) mengetahui.

Baca Juga : wahai orang kaya, hentikan pamer kekayaan di tengah kesulitan rakyat

Pertanyaan demikian Layak dilontarkan sekarang ini,  manakala orang orang kaya dan pejabat, pns dsb yang digaji oleh uang rakyat sibuk membagi thr untuk memenuhi kantong kantong mereka, sementara masih banyak orang orang miskin dan susah tidur dalam keadaan perut lapar, lebih lebih sulitnya mencari nafkah di tengah pandemi ini.  

Bagaimanapun engkau tidak akan merasakan manisnya iman hingga kau mencintai saudaramu seperti kau cinta dengan dirimu sendiri. Adakah kepedulian di hati para pencari dunia tuk ringankan beban orang" faqir-miskin. Sia sia ibadahmu jika kau tak merasakan nikmatnya iman, yang merupakan manifes nikmatnya ibadah. Ibadah yang sejati tidak berat sebelah, ibadah sejati bukan berdimensi vertikal belaka(ritual hablum minallah), namun ibadah sejati manakala dimensi ritual itu mampu menggerakkan hatimu berinisiatif beramal sosial. Kesalehan ritual mempengaruhi kesalehan sosial. Itulah makna dan tujuan puasa.

Puasa bulan rahmat, bulan berbagi. Bukan hanya menahan hal yang membatalkan puasa secara ritual, namun secara sosial puasa ini harus melahirkan rasa peduli, empati dan berbagi. Sebagaimana engkau merasakan susahnya berlapar dan dahaga, seperti itulah kau membayangkan saudaramu yang susah dan sulit bukan hanya di bulan puasa, bahkan kesulitan hidup itu sudah menjadi keseharian mereka. 

Seperti itulah puasa itu seharusnya hadir untuk meningkatkan spirit berbagi dengan saudaramu, mengikis egoisme dan keserakahan. 

Jangan anggap rejeki itu hasil keringatmu sendiri. Jika bukan karena Allah yang beri engkau oksigen gratis dan banyak apa kau bisa meraih itu semua. Itu semua sebab fadhilah dan rahmatNya yang tak pernah membeda bedakan semua makhlukNya.. 

#allen